Suatu hari dalam sebuah diskusi dengan seorang brand owner, ia bertanya, “Mas kalau dengan bikin konten organik seperti ini nanti bisa menghasilkan sales berapa ya? Dan kira-kira berapa KPI penjualan yang tepat untuk sosial media ini?”. Untuk menjawab hal ini, maka perlu untuk mengingat beberapa hal.
Sosial media memang berpotensi memudahkan upaya marketing, berperan seolah membuat segala urusan jadi serba cepat. Tapi perlu diketahui bahwa segala sesuatu pasti butuh proses. Proses menuju sukses di sosial media tidak instan.
Mie instan saja butuh paling tidak 2 hingga 3 menit untuk dapat dinikmati. Apalagi untuk goals yang jelas-jelas perlu proses panjang dan cermat seperti penjualan.
Memang benar, ada kalanya produk yang baru muncul, lalu beberapa saat kemudian kontennya viral, akhirnya penjualannya meledak. Ini mungkin tampak seperti kesuksesan instan dan siapa pun bisa mengapainya.
Namun kenyatannya, hal itu dapat dikatakan merupakan sebuah bonus. Bagaimanapun, kita tidak dapat merujuk kesuksesan yang sama pada setiap konteks yang ada. Jangankan berbeda industri, sesama industri saja belum tentu bisa mereplikasi hal tersebut.
Disaat banyak marketer berpikir keras dalam mempelajari customer journey hingga behavioural science mengenai bagaimana customer bisa membeli sebuah produk, jangan sampai kita dengan mudahnya hanya menganggap sosial media dapat membuat semua proses jadi serba instan.
Meskipun, karena mudahnya akses informasi saat ini, sudah banyak orang yang lebih aware mengenai KPI (Key Performance Indicator). KPI ini pun digunakan sebagai ukuran keberhasilan sebuah performa sosial media. Istilah lain untuk KPI adalah Key Result.
Namun, banyak orang yang baru tahu KPI kemudian menjadi latah dalam menggunakannya tanpa tahu esensinya. Bahkan ada juga yang penggunaannya kurang tepat. Salah satunya memasukkan jumlah sales ke KPI performa sosial media. Padahal, ini bukan ranah sosial media.
Dalam key result performa sosial media (atau KPI), ada yang namanya konversi. Namun lagi, banyak kesalahpahaman di dalamnya. Konversi tidak selalu soal penjualan. Konversi dapat berupa registrasi, daftar, download, install, subscribe email letter, dan lainnya.
Jadi cara berpikirnya begini, sales merupakan goal dari bisnis. Misalnya, revenue sekian, omset sekian. Lalu pikirkan cara mencapai sales tersebut. Bisa di-breakdown seperti ini, “Oh salah satunya kita perlu engage dengan calon pelanggan. Hal ini bisa dicapai melalui sosial media”.
Dapat disimpulkan di sini bahwa KPI di sosial media itu adalah turunan dari segi How pencapaian goals sebuah bisnis.
Kemudian ada juga brand owner yang mengatakan, “Tapi kita tidak munafik kalau bisnis pasti ujung-ujungnya penjualan”. Hal ini benar, tapi garis bawahi kata “ujung”. Ujung berada di akhir. Perlu melewati tahap awal dan tengah dulu agar bisa ke tahap akhir.
Jadi kita tidak bisa mengukur keberhasilan sosial media melalui sales.