Mau konten viral? Pakai konsep Audience-Lifecycle

Pada era digital yang terus berkembang, penting bagi perusahaan dan para brand untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang audiens mereka. Salah satu konsep yang penting dalam strategi pemasaran modern adalah Audience-Lifecycle atau siklus audiens. Tidak hanya dalam strategi pemasaran buat brand aja, konsep ini juga bisa dipakai secara objektif dalam merancang dan membuat sebuah konten sosial media.

Konten viral telah menjadi fenomena yang sangat kuat dalam era digital saat ini. Konten yang berhasil menarik perhatian dan menyebar dengan cepat dapat memberikan manfaat besar bagi merek atau individu yang membuatnya. Salah satu cara untuk memastikan konten viral sukses adalah dengan menerapkan konsep Audience-Lifecycle ke dalam strategi konten. Dengan memakai konsep ini, kamu jadi bisa mengetahui di mana posisimu, serta bagaimana caramu dalam meramu konten.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana pengaplikasian konsep Audience Lifecycle dapat meningkatkan potensi konten viral.

==========================================

  1. Membangun awareness

Kamu pasti tidak akan memiliki followers yang banyak ketika memulai sebuah brand ataupun media di sosial media. Bagaimana agar produkmu bisa cepat dikenal sehingga bisa mendapat banyak followers? Nah, cara yang paling tepat untuk dijalankan di awal adalah dengan lebih dulu membangun sebuah awareness.

Tahap pertama dalam konsep Audience Lifecycle adalah menyadarkan audiens tentang keberadaan konten kamu. Pada tahap ini, fokus utamanya adalah menarik perhatian dan memperluas jangkauan konten. Gunakan elemen yang menarik, cerita yang kuat, atau momen yang menginspirasi untuk memancing minat audiens. Konten yang menghibur, kontroversial, atau informatif sering kali menjadi magnet bagi perhatian pengguna.

Fase awal ini sering disebut sebagai early adopter/audience.

2. Mulai dapat followers, harus bagaimana?

Jika di awal followers kamu masih sangat sedikit, pada fase ini jumlahnya menjadi terus berkembang. Dulu mungkin cuma ada 100 akun, sekarang brand atau media yang kamu kelola memiliki pengikut yang sudah mencapai 5000-7000 orang. Fase ini sering dinamakan dengan early majority. Dalam fase ini, produk yang kamu jalankan sudah mulai dikenal dan dilirik orang, namun jika dilihat dari angka, f_ollowers_ sebesar itu masih kalah jauh dengan ikan-ikan lain yang ada di dalam kolam. Kamu masihlah ikan kecil yang mungkin bisa hidup, namun masih sulit berenang.

Tapi, karena kamu sudah memiliki pengikut yang lumayan banyak, kamu harus memanfaatkan itu dengan terus memproduksi konten-konten bagus yang bisa menarik perhatian demografi pasarmu. Setelah fase ini terlewat, kamu akan naik kelas.

3. Memasuki level majority

Jika kamu terus konsisten menghasilkan karya yang bagus dan mudah dinikmati, tidak mengherankan jika brand atau mediamu memiliki pengikut yang jauh lebih banyak. Dalam fase ini, kamu sudah mendapat sebuah landasan yang kuat dalam menjalankan brand atau mediamu. Tanah yang kamu injak sudah sedikit keras dan inilah saatnya kamu lebih total dalam mengerjakannya.

Dalam level ini, kamu harus lebih menyiapkan konten-konten yang kreatif. Kamu juga perlu mengoptimalkan social media marketing agar segala campaign dan konten-konten bisa mendatangkan engegament besar.

Tantangan paling besar dalam level ini adalah untuk terus konsisten secara kualitas dan kuantitas konten. Karena, sekali meleng atau ‘menghilang’ sedikit, brand atau mediamu bisa dilibas kompetitor yang bergerak di ranah yang sama.

4. Pahami dan terima apa itu declining

Tidak ada yang abadi dalam hidup ini, termasuk engagement, traffic, likes, comment yang berangka besar untuk media dan brand yang sudah kamuu kelola. Pasalnya, kejayaan akunmu bisa saja mengalami penurunan dalam angka engagement dan traffic secara perlahan. Namun, kamu jangan terlalu takut mengadapi masa ini. Walau lagi turun, namun bukan saatnya kamu untuk berserah. Justru jadikan momentum ini sebagai salah satu acuan untuk bisa lebih joss dalam membuat konten-konten.

Dengan sedikit sentilan, kamu bisa kembali memikirkan content pillar, dan bagaimana mengeksekusinya, jangan sampai alasan orang mulai menjauh adalah karena konten-konten yang kamu buat terasa menurun dalam hal kuantitas dan kualitas.

Memakai Audience-Lifecycle, kamu bisa mengobservasi tentang apa yang kamu lakukan ketika dulu produk-mu belum turun popularitasnya. Dengan melihat lebih dalam konsep ini, kamu bisa membuat strategi-strategi liar, sama ketika kamu mengelola akun tersebut di awal dulu.

Siapa tahu, mindset seperti itulah yang bisa membawa kamu keluar dari fase declining. Dengan terus berinovasi dan mencoba hal baru, kata ‘membosankan’ akan jauh dari citramu. Tapi, kembali lagi, jika kamu menganggap dirimu adalah seorang kreator, maka tugas utama kamu adalah membuat sesuatu, di mana dalam kasus ini adalah konten.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Share This Post

More To Explore